Kamis, 13 Maret 2008

BAZ Melibas

SUDAH enam bulan ini muncul semangat, gairah baru di kepengurusan Badan Amil Zakat (BAZ) Kab. Bandung. Bukan sekadar adanya Perda Zakat, Infak, dan Sedekah (ZIS) , Peraturan bupati (Perbup), atau komando membayar zakat yang langsung dari orang nomor satu di Kab. Bandung melainkan semangat menyelamatkan kekayaan umat.Ya, zakat intinya bukan hanya distribusi kekayaan atau membantu masyarakat kurang mampu melainkan untuk membersihkan harta dan menyelamatkannya. Maka, tak heran apabila perintah zakat berbunyi “Ambillah dari sebagian harta mereka untuk membersihkan dan mensucikannya”.Dengan kenyataan seperti itu, maka wajar apabila dana ZIS yang terkumpul di BAZ Kab. Bandung sudah mencapai sekitar Rp 400 juta. Sebagian besar adalah ZIS dari PNS Kab. Bandung mulai dari bupati, wabup, kepala dinas/kantor/badan, maupun para camat dan wakil rakyat.Demikian pula dengan distribusinya yang sudah mulai dilakukan dari membantu korban bencana alam longsor di Cipatat, banjir Baleendah dan Dayeuhkolot, maupun menyantuni masyarakat lainnya. Rencananya, dalam waktu dekat ini juga disalurkan untuk beasiswa guru-guru madrasah ibtidaiyah (MI) honorer sekolah yang kesejahteraannya masih memprihatinkan.Untuk menuju BAZ yang amanah dan profesional, BAZ Kab. Bandung sudah berupaya mengangkat staf khusus di sekretariatnya, Wisma Haji Soreang. Pengangkatan pengurus juga dari seleksi ketat secara terbuka termasuk pengurus BAZ-BAZ kecamatan.Dalam hal pengelolaan ZIS ini, BAZ Kab. Bandung jangan malu belajar kepada Lembaga Amil Zakat (LAZ) “swasta” seperti Rumah Zakat Indonesia (RZI) Yayasan Dana Sosial al Falah (YDSF), Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU), maupun Dompet Duafa Bandung (DDB). Mereka maju karena bersikap amanah, profesional, dan terbuka dengan tidak segan-segan mengungkap kiprahnya.Bahkan, penggunaan dana LAZ kalau mau jujur lebih bersikap “pamer”, tapi langsung menyentuh kebutuhan masyarakat. Misalnya, ambulans gratis, rumah bersalin gratis, beasiswa, pemberdayaan ekonomi pedagang kecil, maupun pengobatan massal dan pembagian sembako. “Riya” dari LAZ-LAZ bermakna positif untuk menggali ZIS sekaligus LPJ (laporan pertanggungjawaban) dana umat.Perbaikan citra BAZ harus segera dilakukan yang salah satunya dengan cara “pamer” seperti kiprah LAZ-LAZ. Bisa saja BAZ Kab. Bandung bekerja sama dengan BAZ kecamatan membuat ambulans gratis di 11 wilayah (eks pembantu bupati), pengobatan gratis dengan Puskesmas, maupun membuat rumah bersalin gratis karena tingkat kematian ibu dan anak di Kab. Bandung masih tinggi.Tentu sikap birokratis yang selama ini masih menghambat kinerja BAZ perlu disisihkan. Umat menunggu kiprah BAZ dan tidak mau tahu alasan internal BAZ seperti belum ada persetujuan atau menunggu pengesahan program. Toh, program selama setahun bisa dirancang termasuk program penanganan darurat (bencana alam).Dengan “pamer” positif itu, maka pembayar ZIS bisa merasakan dananya termanfaatkan dengan baik. Lebih dari itu, BAZ Kab. Bandung bisa mulai melibas kemiskinan dan ketertinggalan umat. Wallahu-a’lam.(Sarnapi)***

Tidak ada komentar: